Mobilitas Sosial IPS Kelas 8 (SMP Kanisius Pati)

 Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. 

Misalnya: Seseorang yang mengalami perubahan kedudukan status sosial baik dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, maupun sebaliknya. 

Contoh ketika seorang guru naik jabatan menjadi seorang kepala sekolah.

Ini merupakan salah satu bentuk mobilitas sosial. 

Mobilitas sosial juga dipengaruhi oleh adanya interaksi sosial antar masyarakat.

Jika tidak ada interaksi sosial maka tidak akan terjadi mobilitas sosial.

 

Bentuk-Bentuk Mobilitas Sosial

Berdasarkan bentuknya, mobilitas sosial dibedakan menjadi mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal.

1. Mobilitas Vertikal

Mobilitas vertikal adalah perpindahan seseorang atau kelompok dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lain yang tidak sederajat, baik lebih tinggi maupun lebih rendah. 

 

- Mobilitas Vertikal ke Atas (Social Climbing)

Mobilitas vertikal ke atas adalah mobilitas yang terjadi karena adanya peningkatan status atau kedudukan seseorang.

Atau naiknya status orang-orang dari status sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi. 

Misalnya: seorang Pak Markus adalah guru yang naik jabatan menjadi kepala sekolah, Andi adalah seorang karyawan yang naik jabatan menjadi manajer.

 

- Mobilitas Vertikal ke Bawah (Social Sinking)

Mobilitas vertikal ke bawah adalah proses penurunan status atau kedudukan seseorang. 

Proses ini juga akan menimbulkan perubahan hak dan kewajiban.

Misalnya: seorang pegawai yang diturunkan pangkatnya karena melakukan pelanggaran aturan. 

 

2. Mobilitas Horizontal

Mobilitas horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial yang sama. 

Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial lain yang sederajat. 

Pada mobilitas horizontal, tidak terjadi perubahan derajat kedudukan seseorang. 

Misalnya, ketika ada kepala sekolah yang pindah tugas ke sekolah lain untuk menjadi kepala sekolah juga. 

Berarti kepala sekolah tersebut mengalami mobilitas horizontal, karena ia masih menjabat menjadi kepala sekolah namun berpindah tempat kerja. 

 

Faktor Pendorong Mobilitas Sosial

Setelah mengetahui bentuk-bentuknya, kita juga perlu mengetahui faktor-fator yang mendorong terjadinya mobilitas sosial. Ada beberapa faktor pendorong mobilitas sosial, yaitu:

 1. Struktural

Faktor ini terkait dengan kesempatan seseorang untuk menempati sebuah kedudukan serta kemudahan untuk memperolehnya. Indonesia memiliki struktur masyarakat yang sangat terbuka. Jadi, kesempatan untuk menempati berbagai jabatan yang tinggi, seperti manajer bahkan presiden, menjadi lebih besar.

 

2. Individu

Ditilik dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki orang tuanya. Apabila seseorang tidak puas dengan status sosial yang diwariskan, ia dapat berusaha untuk mencapai status sosial yang lebih tinggi. Namun, dia harus berpendidikan terlebih dahulu agar menjadi individu yang berkualitas.

 

3. Ekonomi

Jika situasi ekonomi dalam masyarakat cenderung baik maka mobilitas sosial pun dapat terwujud. Kondisi ekonomi yang baik membuat masyarakat mudah memperoleh modal, pendidikan, dan kesempatan lainnya. Tapi, kalau kondisi ekonominya buruk, masyarakat akan memiliki pendapatan terbatas sehingga sulit untuk memenuhi seluruh kebutuhannya dan mobilitas sosial tidak akan bisa terjadi.

 

4. Politik

Faktor yang satu ini sangat bergantung pada situasi politik suatu negara. Keadaan negara yang tidak stabil akan memengaruhi kondisi keamanannya. Untungnya saat ini kondisi keamanan Indonesia dalam kondisi prima sehingga roda pembangunan pun dapat berjalan. Dengan begitu, ketersediaan dan kemudahan dalam bekerja juga lebih baik sehingga masyarakat mampu melakukan mobilitas sosialnya.

 

5. Kependudukan

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk di Indonesia hampir selalu bertambah dari waktu ke waktu. Pertambahan itu bisa mempersempit lahan pemukiman bahkan meningkatkan kemiskinan. Sehingga, masalah kependudukan seperti ini mendorong individu dan pemerintah untuk mengarahkan masyarakat agar bermigrasi ke daerah lain sehingga mobilitas sosial terjadi.

 

Faktor Penghambat Mobilitas Sosial

 Selain faktor pendorong, ada juga faktor penghambat bagi mobilitas sosial. Adapun faktor penghambat dari mobilitas sosial, yaitu:

 1. Kemiskinan

Masyarakat yang mengalami kemiskinan akan kesulitan untuk mencapai status sosial tertentu.

Salah satu faktor utama kemiskinan adalah pendidikan yang rendah. Adakah kaitan kenapa kalau pendidikannya rendah?

Dengan pendidikan yang rendah, kualitasnya sebagai sumber daya manusia pun juga menjadi rendah. Akibatnya, kemampuannya untuk bersaing dalam mendapatkan pekerjaan menjadi terbatas.

 

2. Diskriminasi

Diskriminasi merupakan perilaku membedakan perlakuan terhadap sesama karena alasan beda bangsa, suku, ras, agama, dan golongan. Maka, perlakuan membedakan seperti ini sangat tidak baik, selain dapat mengakibatkan konflik, juga dapat menghambat mobilitas sosial.

(Apartheid merupakan kebijakan politik rasial yang diterapkan di Afrika Selatan pada tahun 1948. 
Dalam Apartheid, terdapat pemisahan hak dan kewajiban antara ras kulit putih dan kulit hitam yang disahkan melalui Undang-Undang.)

3. Stereotype Gender 

Membeda-bedakan karakteristik serta posisi sosial laki-laki dan perempuan, seperti memiliki pandangan bahwa derajat laki-laki lebih tinggi daripada wanita juga bisa menghambat mobilitas sosial. Pandangan bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi sebab yang bekerja adalah suami. Sehingga, perilaku seperti itu dapat menghalangi prestasi dan kesempatan seseorang untuk melakukan mobilitas agar status sosialnya meningkat.

Yohana Yembise
(Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia 27 Oktober 2014-20 Oktober 2019)


Comments